Halo, sobat UMKM! Yogyakarta kini menyaksikan fenomena menarik dengan menjamurnya Warung Madura. Warung ini tersebar di berbagai lokasi, keberadaan mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat, tetepi juga mengubah peta bisnis lokal secara signifikan. Bahkan bagi masyarakat keberadaan warung klontong Madura sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dan melekat dikehidupan masyarakat Yogyakarta.
Beberapa hari belakangan ini berseliweran berita bahwa para pemilik warung Madura terkena aksi premanisme oleh etnis Papua. Pemalakan ini terjadi tidak hanya sekali dua kali dan dinilai meresahkan para pemilik warung Madura yang ada di Yogyakarta.
Sebuah kelompok masyarakat yang tergabung dalam Forum Keluarga Madura Yogyakarta mengeluhkan aksi pemalakan hingga penganiayaan kepada pemilik toko kelontong atau biasa disebut Warung Madura, oleh kelompok masyarakat Papua yang sama-sama tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Melalui sepucuk surat yang beredar luas di media sosial, dikutip Minggu, 9 Februari 2025, Ketua Forum Keluarga Madura Yogyakarta RB Jugil Adiningrat dan Sekretaris M. Fahri Hasyim meminta kepada Ketua tokoh Etnis Papua Yogyakarta untuk bisa memberikan garansi agar tindakan premanisme yang dilakukan etnis Papua di Yogyakarta tidak terulang lagi.
Lebih lanjut, dalam surat tertanggal 7 Februari 2025 yang ditujukan kepada tokoh etnis Papua Yogyakarta, Hendardo Novriansiroen tersebut dinyatakan pula bahwa puluhan kali aksi premanisme oleh etnis Papua di Yogyakarta terhadap Warung Madura, seperti mengambil barang tidak bayar, memukul, hingga merusak tempat usaha warung Madura.
Ketua Forum Keluarga Madura Yogyakarta RB Jugil Adiningrat meminta Hendardo Novriansiroen untuk menjamin agar tindakan premanisme yang dilakukan etnis Papua di Yogyakarta terhadap warga Madura tak kembali terjadi. Jika hal itu tak dapat dilakukan, tantangan mengadu kekuatan fisik menggunakan senjata tajam (Carok) pun dilayangkan.
“Kami masyarakat MADURA yang ada di Yogyakarta sangat menjunjung Bhinneka Tunggal Ika di tanah Yogyakarta yang kita cintai ini. Kami menunggu respon dan iktikad baik saudara untuk menyikapi surat ini,” setidaknya begitulah kata-kata yang tercantum sebagai harapan orang Madura dalam surat tersebut.
Aksi premanisme ini memang harus ada atensi dari pemerintah karena ternilai meresahkan. Tidak hanya itu, jika dibiarkan maka akan ada perpecahan sosial antar dua etnis yaitu Papua dan Madura. Melalui surat tersebut, harapannya adalah para pemilik Warung Madura bisa terbebas dari aksi tidak terpuji yang dilakukan oleh etnis Papua berupa pemalakan atau premanisme.