Halo, sobat UMKM! Akhir-akhir ini marak sekali penggunaan kotak amal berbasis digital dengan QRIS. Tujuannya, masyarakat tetap bisa menyumbangkan donasi atau infaq tanpa harus pusing dengan permasalahan uang cash. Terobosan ini sebenarnya sangat bagus mengingat banyaknya kecurangan yang terjadi apabila masih menggunakan uang cash untuk amal, contohnya adalah pemalingan kotak amal yang sudah banyak sekali kasusnya.
Namun, siapa sangka dengan terobosan baru yang lebih praktis ini, ternyata banyak oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang masih saja melakukan tindak kejahatan dengan melakukan penipuan. Nah sobat, akhir-akhir ini beredar kabar bahwasanya sudah beberapa kali terjadi penipuan penggunaan QRIS palsu untuk kotak amal masjid.
Mulanya, ditemukan 12 QRIS palsu yang tertempel di area Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru. Kemudian, ditemukan lagi 20 stiker QRIS palsu yang sama di Masjid Nurul Iman, Blok M. Sementara, QRIS palsu lainnya atas nama “Restorasi Mesjid” berafiliasi dengan Bank Nobu yang beralamat di Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Irwandhy, pelaku yang telah teridentifikasi hanya satu orang hingga saat ini. Penipuan ini terjadi di beberapa masjid di daerah Kebayoran Lama, Pancoran, Pondok Indah, dan Kalibata.
Perusahaan keamanan siber Kaspersky menyatakan bahwa penggunaan kode QR sebagai modus penipuan memiliki keunggulan tertentu, seperti sulitnya pengguna untuk memeriksa atau mengetahui apa yang dimuat kode tersebut. Hal ini membuat sistem ini mudah untuk dieksploitasi.
Penipu dengan modus kode QR biasanya mengarahkan korban ke situs phishing atau pembobol data pribadi. Modus ini semakin sulit dilacak karena penyerang sering menggunakan tautan pendek, sehingga lebih sulit untuk menemukan yang palsu saat ponsel cerdas meminta konfirmasi.
Kaspersky menyarankan pengguna untuk selalu memeriksa tautan sebelum mengetuk atau mengeklik. Jika tidak hati-hati, pengguna yang mengklik kode QR bisa mengunduh malware atau program jahat yang mencuri kata sandi, mengirim pesan berbahaya ke kontak, dan masih banyak lagi.
Untuk memastikan transaksi QRIS tepat sasaran, Bank Indonesia mengimbau masyarakat untuk memperhatikan informasi di dalam aplikasi ketika meminta QRIS.
Antara lain memastikan nama pedagang/merchant yang tercantum di dalam aplikasi memang benar pedagang/merchant yang menerima pembayaran sesuai dengan tujuan transaksi yang dilakukan.
Misalnya dalam kasus ini, nama merchant penerima pembayaran semestinya adalah “Masjid Nurul Iman Blok M Square”, bukan “Restorasi Masjid”.
Untuk mengurangi kejadian-kejadian seperti itu, yuk selalu waspada kapanpun dan dimanapun anda berada. Kecanggihan tekhnologi tidak menjamin bahwa kita akan selalu terhindar dari penipuan. Justru, dengan banyaknya kemudahan ini akan banyak oknum-oknum yang akan melakukan upaya penipuan dengan menghalalkan berbagai cara.
Jadilah generasi pengguna tekhnologi yang cerdas. Selalu teliti dan berhati-hati adalah kunci agar kita tidak ikut terseret kedalam maraknya kejahatan digital di lingkungan masyarakat.